Pelantikan
Gubernur Jateng periode 2013-2018 terpilih, Ganjar Pranowo (GP) barusan saja
usai. Berita tentang proses pelantikannya yang sederhana sudah ditayangkan
banyak media.
Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng (http://www.tempo.co) |
Menjelang pelantikan, para pencari berita dari berbagai media sempat mewawancari GP. Salah
satu jawaban Gubernur kader PDIP itu atas pertanyaan wartawan adalah, “oh ada, persiapan saya mandi dulu. Masak mau
dilantik tidak mandi.”, ujarnya kepada wartawan (SM, 24/08/2013).
Sepintas, jawaban itu terkesan sekedar
canda. Mungkin juga dinilai asal jawab untuk mengatasi rasa gugupnya menghadapi
detik-detik bersejarah itu dalam kehidupannya pribadi dan politisi. Namun, saya
melihatnya dari sisi lain. Kendati disebut canda atau asal jawab, ungkapan
spontan itu memiliki makna reflektif serius. Secara psikologis, merupakan
ekspresi jati diri Gubernur Jateng berusia 45 tahun itu, yang sejak kecil dikenal
gigih dan aktif berorganisasi.
Sarat Makna
Secara
leksikal, kata “mandi” berarti membersihkan diri dengan air. Ini hal umum yang
selalu dilakukan oleh setiap orang. Jangankan untuk acara pelantikan Gubernur,
dalam keseharian, tiap orang memang perlu mandi. Lebih-lebih kalau keluar rumah
atau menghadiri sebuah acara. Namun, dikaitkan dengan jabatan Gubernur Jateng,
pernyataan tersebut nampaknya sarat makna.
Pertama, makna membersihkan diri
dan sikap. Sebelum dilantik menjadi Gubernur, GP sadar bahwa diri dan sikapnya diwarnai
oleh posisinya sebagai anggota DPR RI. Ini perlu “dibersihkan”. Bukan karena dirinya
kotor dan sikapnya jelek atau buruk. Namun, dalam posisi sebagai Gubernur ia
harus tampil lain.
Kalau sebagai anggota DPR bisa
selalu keras, vocal, serta lebih banyak bicara pada tataran konsep dan
penetapan kebijakan politik, di posisi yang baru ia lebih banyak bicara pada
tataran pelaksanaan kebijakan politik. Oleh sebab itu, pendekatan dan gaya
perlu disesuaikan. Disesuaikan dengan substansi tugas dan siapa yang harus
dihadapi.
Di DPR dulu, GP bertugas
sebagai legislator. Sekarang berugas sebagai eksekutor. Kalau yang banyak di
hadapi dulu adalah sesama anggota DPR RI dan Pemerintah, sekarang lebih banyak
berhadapan dengan aparatur eksekutif bawahan dan masyarakat. Untuk bisa
berhasil, GP paham bahwa sikap terhadap bawahan, DPRD, dan masyarakat beda.
Demikian pula terhadap DPR RI dan Pemerintah pusat, perlu ditata sesuai dengan
posisi sebagai Gubernur. Agaknya itulah maksud GP dengan istilah “mandi dulu”
itu ketika menjawab pertanyaan wartawan.
Percaya
Diri
Kedua, meningkatkan rasa percaya
diri. Siapa pun, apalagi pejabat publik, memang kurang percaya diri tampil di
depan umum sebelum mandi. Wewangian dan pakaian rapi tidak cukup menegakkan rasa
percaya diri tanpa mandi.
Ini artinya bahwa jawabannya yang
terkesan sepele itu merupakan ekspresi percaya diri dan kesiapannya untuk
membenahi Pemerintahan Jateng guna memacu pembangunan masyarakat. Setelah
memahami posisinya yang baru, menata diri dan sikap yang sesuai dengan konteks,
GP yakin bahwa masalah-masalah yang ada dapat diatasi.
Rasa percaya diri itu, memang
bukan baru dalam diri GP. Setidaknnya, ini pengakuan kakak kedua GP, Pri Pambudi Teguh, yang turut hadir dalam
pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah tanggal 23 Agustus 2013.
Salah satunya menurut Pri Pambudi Teguh adalah saat kesulitan uang. GP tidak
pernah mengeluh atau minta dari kakak-kakaknya. Ia selalu berusaha memenuhi
keperluannya tanpa merepotkan orang lain.
Rasa percaya diri itu, memang
amat perlu bagi GP. Tanpa mengurangi penghargaaan atas kesuksesan Pemerintahan
sebelumnya, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus
dipelototi terus oleh GP di Jateng. Mendagri Gawawan Fauzi mengingatkan hal
tersebut di saat pelantikan GP. Di antaranya ialah pemberantasan buta aksara,
serta rendahnya pendapatan per kapita penduduk Jateng karena tingginya kemiskinan.
Menurut Gamawan Fauzi, angka
kemiskinan di Jateng mencapai 4,8 juta jiwa atau 14,9 persen dari penduduk
Jateng. Angka tersebut hampir sama dengan data BPS yang dikemukakan Satori Adib
Sihwadi, dalam tulisannya berjudul “Jawaban Ekspektasi Tinggi Ganjar”, SM, 16/07/2013. Pada September 2012, ada 4.863 juta (14,98%)
dari 32.380.667 penduduk Jateng berada di garis kemiskinan dan jumlah
pengangguran terbuka 5,57%, yang bekerja baru 15,97 juta orang.
Bukti
Awal
Sikap dan tekad GP langsung dibuktikan.
Biaya Pelantikan yang semula direncanakan Rp 1 miliar, dipangkas 50%. GP
menghendaki pelantikan sederhana dengan melibatkan rakyat (Metro News, 13/08/2013);
Tindakan langsung blusukan di kawasan ROB Kelurahan Kemijen, Semarang Timur usai
pelantikan salah satu wujud keseriusannya mengamati sendiri masalah nyata dalam
masyarakat; Keputusannya memakai mobil dinas lama dan menolak rencana pembelian
mobil dinas baru jenis sedan Toyota Crown Royal Saloon atau Toyota Landcruiser
dengan harga masing-masing Rp 1,2 miliar dan Rp 1,5 miliar, merupakan bukti awal
dari kebulatan tekadnya membangun Jawa Tengah. Bagi GP mobil Innova seharga Rp
320 juta sudah cukup. (SM, 4 Juli dan
25 Agustus 2013).
Untuk pembangunan Jateng, GP tidak
mau kerja sendiri. Ia menilai perlu sinergi dengan semua pihak. Salah satunya
adalah perguruan tinggi. Ini dikemukakan ketika bicara pada seminar Peran
Perguruan Tinggi Menyongsong Penerapan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), di Unimus, dua hari sebelum
pelantikan (SM, 22/8/2013).
Dengan
mencontohkan Unimus yang unggul di bidang kesehatan, GP mengajak Perguruan Tinggi
di Jateng untuk turut berperan sesuai dengan potensi dan keunggulan
masing-masing. Peran itu perlu
dioptimalkan untuk membantu memajukan Jateng sekaligus menyejahterakan
masyarakat. Ahli kesehatan di Unimus misalnya dapat mengkaji secara mendalam
tentang budaya, perilaku, hingga pelayanan kesehatan di Jateng sekaligus
memecahkan persoalan yang terjadi. Hal serupa tentu saja dapat dilakukan oleh PT
lain yang ada Jateng. Tiap PT (PTN-PTS) dapat mengambil peran di bidang
keunggulannya.
Ajakan
tersebut sangat mungkin dilakukan oleh PT. Bidang penelitian dan Pengabdian
Masyarakat dalam Tri Dharma PT merupakan wadah wajib dan tepat bagi PT untuk
merespon ajakan GP. Persoalannya apakah PT termotivasi untuk menyambut ajakan penting
itu? Semoga. ***
__________________
Catatan: Tulisan di atas dimuat harian Suara Merdeka, 4 September 2013. Versi suara Merdeka diberi judul : Arti Mandi Dulu Ganjar. Dapat dibaca pada link ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar