Rabu, 04 September 2013

GANJAR PRANOWO: MANDI DULU!

Pelantikan Gubernur Jateng periode 2013-2018 terpilih, Ganjar Pranowo (GP) barusan saja usai. Berita tentang proses pelantikannya yang sederhana sudah ditayangkan banyak media.

Ganjar Pranowo Borong 15 Tiket Metallica
Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng (http://www.tempo.co)
Menjelang pelantikan, para pencari berita dari berbagai media sempat mewawancari GP. Salah satu jawaban Gubernur kader PDIP itu atas pertanyaan wartawan adalah, “oh ada, persiapan saya mandi dulu. Masak mau dilantik tidak mandi.”, ujarnya kepada wartawan (SM, 24/08/2013).


Sepintas, jawaban itu terkesan sekedar canda. Mungkin juga dinilai asal jawab untuk mengatasi rasa gugupnya menghadapi detik-detik bersejarah itu dalam kehidupannya pribadi dan politisi. Namun, saya melihatnya dari sisi lain. Kendati disebut canda atau asal jawab, ungkapan spontan itu memiliki makna reflektif serius. Secara psikologis, merupakan ekspresi jati diri Gubernur Jateng berusia 45 tahun itu, yang sejak kecil dikenal gigih dan aktif berorganisasi.

Sarat Makna

Secara leksikal, kata “mandi” berarti membersihkan diri dengan air. Ini hal umum yang selalu dilakukan oleh setiap orang. Jangankan untuk acara pelantikan Gubernur, dalam keseharian, tiap orang memang perlu mandi. Lebih-lebih kalau keluar rumah atau menghadiri sebuah acara. Namun, dikaitkan dengan jabatan Gubernur Jateng, pernyataan tersebut nampaknya sarat makna.

Pertama, makna membersihkan diri dan sikap. Sebelum dilantik menjadi Gubernur, GP sadar bahwa diri dan sikapnya diwarnai oleh posisinya sebagai anggota DPR RI. Ini perlu “dibersihkan”. Bukan karena dirinya kotor dan sikapnya jelek atau buruk. Namun, dalam posisi sebagai Gubernur ia harus tampil lain.

Kalau sebagai anggota DPR bisa selalu keras, vocal, serta lebih banyak bicara pada tataran konsep dan penetapan kebijakan politik, di posisi yang baru ia lebih banyak bicara pada tataran pelaksanaan kebijakan politik. Oleh sebab itu, pendekatan dan gaya perlu disesuaikan. Disesuaikan dengan substansi tugas dan siapa yang harus dihadapi.

Di DPR dulu, GP bertugas sebagai legislator. Sekarang berugas sebagai eksekutor. Kalau yang banyak di hadapi dulu adalah sesama anggota DPR RI dan Pemerintah, sekarang lebih banyak berhadapan dengan aparatur eksekutif bawahan dan masyarakat. Untuk bisa berhasil, GP paham bahwa sikap terhadap bawahan, DPRD, dan masyarakat beda. Demikian pula terhadap DPR RI dan Pemerintah pusat, perlu ditata sesuai dengan posisi sebagai Gubernur. Agaknya itulah maksud GP dengan istilah “mandi dulu” itu ketika menjawab pertanyaan wartawan.

Percaya Diri

Kedua, meningkatkan rasa percaya diri. Siapa pun, apalagi pejabat publik, memang kurang percaya diri tampil di depan umum sebelum mandi. Wewangian dan pakaian rapi tidak cukup menegakkan rasa percaya diri tanpa mandi.
Ini artinya bahwa jawabannya yang terkesan sepele itu merupakan ekspresi percaya diri dan kesiapannya untuk membenahi Pemerintahan Jateng guna memacu pembangunan masyarakat. Setelah memahami posisinya yang baru, menata diri dan sikap yang sesuai dengan konteks, GP yakin bahwa masalah-masalah yang ada dapat diatasi.

Rasa percaya diri itu, memang bukan baru dalam diri GP. Setidaknnya, ini pengakuan kakak kedua GP, Pri Pambudi Teguh, yang turut hadir dalam pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah tanggal 23 Agustus 2013. Salah satunya menurut Pri Pambudi Teguh adalah saat kesulitan uang. GP tidak pernah mengeluh atau minta dari kakak-kakaknya. Ia selalu berusaha memenuhi keperluannya tanpa merepotkan orang lain.

Rasa percaya diri itu, memang amat perlu bagi GP. Tanpa mengurangi penghargaaan atas kesuksesan Pemerintahan sebelumnya, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dipelototi terus oleh GP di Jateng. Mendagri Gawawan Fauzi mengingatkan hal tersebut di saat pelantikan GP. Di antaranya ialah pemberantasan buta aksara, serta rendahnya pendapatan per kapita penduduk Jateng karena tingginya kemiskinan.

Menurut Gamawan Fauzi, angka kemiskinan di Jateng mencapai 4,8 juta jiwa atau 14,9 persen dari penduduk Jateng. Angka tersebut hampir sama dengan data BPS yang dikemukakan Satori Adib Sihwadi, dalam tulisannya berjudul “Jawaban Ekspektasi Tinggi Ganjar”, SM, 16/07/2013. Pada September 2012, ada 4.863 juta (14,98%) dari 32.380.667 penduduk Jateng berada di garis kemiskinan dan jumlah pengangguran terbuka 5,57%, yang bekerja baru 15,97 juta orang.

Bukti Awal

Sikap dan tekad GP langsung dibuktikan. Biaya Pelantikan yang semula direncanakan Rp 1 miliar, dipangkas 50%. GP menghendaki pelantikan sederhana dengan melibatkan rakyat (Metro News, 13/08/2013); Tindakan langsung blusukan di kawasan ROB Kelurahan Kemijen, Semarang Timur usai pelantikan salah satu wujud keseriusannya mengamati sendiri masalah nyata dalam masyarakat; Keputusannya memakai mobil dinas lama dan menolak rencana pembelian mobil dinas baru jenis sedan Toyota Crown Royal Saloon atau Toyota Landcruiser dengan harga masing-masing Rp 1,2 miliar dan Rp 1,5 miliar, merupakan bukti awal dari kebulatan tekadnya membangun Jawa Tengah. Bagi GP mobil Innova seharga Rp 320 juta sudah cukup. (SM, 4 Juli dan 25 Agustus 2013).

Untuk pembangunan Jateng, GP tidak mau kerja sendiri. Ia menilai perlu sinergi dengan semua pihak. Salah satunya adalah perguruan tinggi. Ini dikemukakan ketika bicara pada seminar Peran Perguruan Tinggi Menyongsong Penerapan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), di Unimus, dua hari sebelum pelantikan (SM, 22/8/2013).

Dengan mencontohkan Unimus yang unggul di bidang kesehatan, GP mengajak Perguruan Tinggi di Jateng untuk turut berperan sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing. Peran itu  perlu dioptimalkan untuk membantu memajukan Jateng sekaligus menyejahterakan masyarakat. Ahli kesehatan di Unimus misalnya dapat mengkaji secara mendalam tentang budaya, perilaku, hingga pelayanan kesehatan di Jateng sekaligus memecahkan persoalan yang terjadi. Hal serupa tentu saja dapat dilakukan oleh PT lain yang ada Jateng. Tiap PT (PTN-PTS) dapat mengambil peran di bidang keunggulannya.

Ajakan tersebut sangat mungkin dilakukan oleh PT. Bidang penelitian dan Pengabdian Masyarakat dalam Tri Dharma PT merupakan wadah wajib dan tepat bagi PT untuk merespon ajakan GP. Persoalannya apakah PT termotivasi untuk menyambut ajakan penting itu? Semoga. ***
__________________

Catatan: Tulisan di atas dimuat harian Suara Merdeka, 4 September 2013. Versi suara Merdeka diberi judul : Arti Mandi Dulu Ganjar. Dapat dibaca pada link ini.

Tidak ada komentar: