Senin, 18 Juli 2011

THOMAS BENAR

Tulisan berikut adalah tanggapan atas catatan harian Saam Fredy Marpaung tanggal 7 Juli 2011 sebagai catatannya atas tulisan saya sebelumnya di Blog saya. Bagi yang mau membaca catatan Saam Fredy, silahkan klik di sini.

Setelah membaca catatan Saam, saya jadi penasaran. Saya terus bertanya, apanya yang bengkok pada tulisan saya? Apa yang harus diluruskan? Terus terang, mungkin karena keterbatasan pemahaman saya, perlu saya akui bahwa saya gagal menemukan hal bengkok yang diluruskan Saam. Yang saya temukan adalah bahwa tulisan itu makin menguatkan posisi tulisan saya. Sikap ragu Thomas atas kebenaran informasi dari teman-temannya, bagi saya, merupakan contoh sikap bijak seperti diajarkan oleh Sheng Ren Kong Zi.

Apa yang dia dengar tentang Yesus, tidak ditelan bulat-bulan lalu disimpulkan benar atau diterima sebagai keadaan nyata. Ia merasa perlu konfirmasi dengan melihat sendiri, mengalami dan menyaksikan sendiri apa yang dikatakan teman-temannya tentang Yesus. Dalam logika ilmiah, sikap ini dapat diterima sebagai sebuah proses dalam mencari, menemukan, dan menarik kesimpulan atas sebuah peristiwa. Tampaknya, inilah kesamaan antara ajaran Sheng Ren Kong Zi dan tindakan Thomas: Penarikan kesimpulan atas sebuah peristiwa dilakukan secara hati-hati. Tidak hanya didasarkan pada sepotong informasi dari orang lain. Melainkan berdasarkan informasi yang –paling tidak dianggap—lengkap. Baik dengan melihat sendiri maupun disempurnakan bersama informasi lain.

Kebenaran yang diperoleh dari proses ini, umumnya dikenal dengan istilah kebenaran empiris. Bila seorang menempuh proses ini, besar kemungkinan bahwa kebenaran yang diungkapkannya diterima. Paling tidak, diterima sebagai benar menurut ukuran yang berlaku saat itu, walaupun kemudian tetap terbuka kemungkinan untuk diperdebatkan oleh penemuan-penemuan yang lain, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Ini tetap dimungkinkan karena kebenaran empiris, adalah kebenaran relatif yang terus bergerak dalam dinamika mata rantai tesis-hipotesis.

Kebenaran di atas, agaknya berbeda dari kebenaran yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 20 : 29, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Bagi seorang ilmuwan murni, kebenaran dalam pernyataan ini sulit diterima. Respon yang pasti muncul ialah bagaimana mungkin hal itu dipercaya tanpa melihat, tanpa konfirmasi, tanpa check and recheck? Si ilmuwan mungkin melanjutkan, apakah bijak jika setiap informasi yang disampaikan oleh orang lain kepada saya tentang satu dan lain hal walaupun tidak ada bukti informasi tambahan atau tanpa dikonfirmasi? Jelas tidak mungkin, bukan?

Apa yang disarankan Yesus kepada Thomas pada nats di atas, agaknya lebih tertuju pada kebenaran religi atau mungkin kebenaran iman, dan bukan empiris. Dan nampaknya kebenaran iman tidak dapat disandingkan dengan kebenaran empiris. Selain wilayahnya lain, proses pencapaian kebenarannya juga beda.

Seratus persen saya setuju bahwa tanpa sepotong informasi, manusia akan menemui kesulitan besar dalam hidupnya. Bayangkan saja betapa sulitnya seseorang yang disuruh ke suatu tempat tanpa diberitahu nama tempatnya dan letaknya di mana. Tanpa mencari informasi selengkap mungkin tentang tempat itu, mustahil baginya sampai di tempat yang dituju. Saya juga mengaminkan bahwa menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan sepotong informasi belumlah cukup. Entah itu menyangkt sesuatu atau seseorang. Tanpa mengumpulakan informasi tambahan selengkap mungkin dan konformasi atas informasi yang ada, ia cenderung menarik kesimpulan yang tak lengkap, bahkan salah tentang sesuatu atau seseorang. Kesimpulan seperti inilah yang saya sebut sangat berbahaya. Coba bayangkan betapa menyesatkan kesimpulan yang mengatakan bahwa orang Indonesia adalah teroris hanya karena banyak orang Indonesia pelaku teror. Atau jika dikatakan bahwa orang Indonesia adalah koruptor hanya karena banyak orang Indonesia yang melakukan tindakan korupsi. Cerita orang buta tentang gajah adalah contoh lain yang sudah dikenal.

Pada titik ini, Thomas benar.

Tidak ada komentar: