Perseteruan pendapat gara-gara ulah intelijen
Australia melakukan penyadapan terhadap Presiden SBY dan beberapa pejabat
Indonesia tahun 2009 lalu membuat saya sedikit terhibur. Bukan apa-apa. “Menu”
santapan saya selama ini monoton. Berita di berbagai media cetak dan media
online, yang terus-menerus dan hampir melulu “menu” korupsi para pejabat
tinggi-tinggi, DPR, Bupati, Gubernur, DPR/D, benar-benar membuat selera membaca
saya turun drastis.
Dengan menu baru itu, selera baca dan dengar saya tiba-tiba
muncul lagi. Ia seolah mendapat doping pemacu stamina dan gairah. Sekarang,
saya kembali rajin baca koran dan dengar berita di TV.
Illustrasi (http://www.merdeka.com/teknologi/) |
Tapi setelah mengikuti banyak berita, saya jadi
terheran-heran. Begitu banyak yang ribut menentang peristiwa penyadapan tersebut.
Alasannya masuk akal. Harga diri bangsa dinilai terinjak-injak. Kedaulatan
Negara dianggap terlecehkan. Hampir tak ada yang berpendapat bahwa penyadapan
itu punya sisi positip. Bakan semestinya disambut baik.
Lho! kok gitu? Teman saya bilang, pada tataran
negara atau perpolitikan tingkat tinggi, soal sadap menyadap bukan tabu. Lumrah.
Tapi ada yang tak biasa. Penyadapan khusus biasanya hanya dilakukan kepada
orang-orang istimewa. Terhadap orang yang dianggap luar biasa, brilian, dan
berambisi besar menaklukan, setidaknya mengatur, kekuasaan Negara-negara di
dunia.
Jika bukan itu, sasaran ekstrim lainnya adalah
penjahat kawakan tapi juga brilian yang merupakan ancaman umat manusia.
Contohnya adalah Osama Bin Laden yang lama dijadikan incaran intelijen Amerika
dan konco-konconya (sebelum dibunuh) karena dianggap musuh dunia. Dunia apa? “Mboh!”
Jawab teman saya ketus.
Ini artinya, penyadapan terhadap SBY memiliki
nilai besar. Merupakan pengakuan tersirat intelijen Australia dan Amerika bahwa
Presiden Indonesia, SBY dan beberapa pejabat bukan orang sembarang. Termasuk orang-orang
istimewa, hebat, dan perlu diwaspadai. Mereka nampaknya kuatir atau mengkun
takut kalau-kalau SBY dan para pejabat RI itu menguasai dunia. Itulah sebabnya beliau
diintai dan disadap.
Dengan pengakuan tersebut, Presiden SBY dan para
pejabat Indonesia mestinya bersyukur. Bangsa Indonesia mestinya ikut berbangga.
Perlu disambut dengan upacara dan perayaan di seluruh Negeri. Mungkin dibumbui dengan
menyanyikan lagu-lagu perjuangan, disemarakkan dengan tari-tarian daerah dan
kontemporer, plus joget-joget pake goyang dangdut atau campur sari sebagai
ungkapan suka-cita.
Bahwa pertahanan intelijen Indonesia dianggap
lembek, mudah dibobol, atau gagal melindungi Presiden RI, tentu saja bisa
disoal. Tapi itu jangan sampai menghilangkan kebanggaan atas anggapan bahwa
Presiden RI, SBY dan beberapa pejabat adalah orang-orang istimewa, hebat,
special.
Orang
Baik-baik
Pertanyaanya, apa benar SBY dan para pejabat yang
disadap memang orang-orang hebat, istimewa, brilian, dan punya ambisi
meminggirkan Amerika dan konco-konconya dari posisi penguasa dunia?
Terus terang, saya tidak tahu. Yang saya tahu ialah
Presiden SBY dan para pejabat RI tidak segarang yang dibayangkan intelijen
Australia dan Amerika. SBY dan para pejabat RI adalah orang baik-baik, dalam
arti tidak pernah punya ambisi, apalagi nafsu, untuk menguasai negara-negara
lain di dunia. Jangan menguasai dunia, menguasai bangsa Indonesia sendiri
keteteran.
Kalau begitu, mengapa intelijen itu begitu
bernafsu menyadap semua pembicaraan SBY dan para pejabat RI? Teman saya bilang tujuannya
lain. Tujuannya politis, tapi yang disadap adalah hal-hal lain di luar wilayah
politik. Para intelijen itu, nampaknya belajar banyak hal dari SBY dan para
pejabat RI.
“Apa?” tanya saya. “Banyak!” jawabnya singkat.
Tapi sebelum saya bertanya lagi, ia langsung mulai pidato dengan mulut
berbuih-buih. Tidak semua saya catat. Saya hanya catat ini. SBY, katanya,
memang hebat. Paling lihai mengambil hati rakyat. Dalam berorganisasai juga
hebat. Selain sebagai Kepala Negara dan Presiden, beliau bisa menjadi Ketua
Pembina, Ketua Penasehat, sekaligus menjadi Ketua Partai.
Dalam menjalankan pemerintahan beliau juga jago. Sangat
rajin menyuruh anak buahnya mundur bila tidak serius bekerja. Dalam memberantas
korupsi, ia berdiri di barisan paling depan. Dalam membina umat beragama,
beliau paling rajin mendengarkan keluhan kelompok penganut agama yang ditindas
oleh kelompok agama tertentu. Kebaktian umat Kristen di depan Istana saja
dibolehkan. Di bidang ini beliau bahkan mendapat penghargaan World Statesman Award oleh Appeal Of Conscience
Foundation (ACF) karena dianggap sebagai negarawan
yang berhasil membangun toleransi.
Bidang musik, beliau
seorang komponis sekaligus penyanyi. Jika ada kesulitan, beliau tidak
memikirkannya sendiri. Beliau paling rajin curhat kepada rakyat. Dan banyak
lagi, kata teman saya sambil mengusap keringat. Intelijen Australia dan
Amerika, barangkali belajar tentang itu, lanjutnya. Saya pun manggut-manggut
makin tidak mengerti.
Saya hanya bertanya-tanya dalam hati apakah keunggulan SBY itu yang diburu oleh intelijen Australia dan Amerika? ***
Saya hanya bertanya-tanya dalam hati apakah keunggulan SBY itu yang diburu oleh intelijen Australia dan Amerika? ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar