Jumat, 22 November 2013

SBY Disadap, Indonesia Mestinya Bangga



Perseteruan pendapat gara-gara ulah intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap Presiden SBY dan beberapa pejabat Indonesia tahun 2009 lalu membuat saya sedikit terhibur. Bukan apa-apa. “Menu” santapan saya selama ini monoton. Berita di berbagai media cetak dan media online, yang terus-menerus dan hampir melulu “menu” korupsi para pejabat tinggi-tinggi, DPR, Bupati, Gubernur, DPR/D, benar-benar membuat selera membaca saya turun drastis. 

Dengan menu baru itu, selera baca dan dengar saya tiba-tiba muncul lagi. Ia seolah mendapat doping pemacu stamina dan gairah. Sekarang, saya kembali rajin baca koran dan dengar berita di TV.


Aturan penyadapan telepon di Indonesia masih belum jelas
Illustrasi (http://www.merdeka.com/teknologi/)

Tapi setelah mengikuti banyak berita, saya jadi terheran-heran. Begitu banyak yang ribut menentang peristiwa penyadapan tersebut. Alasannya masuk akal. Harga diri bangsa dinilai terinjak-injak. Kedaulatan Negara dianggap terlecehkan. Hampir tak ada yang berpendapat bahwa penyadapan itu punya sisi positip. Bakan semestinya disambut baik.

Lho! kok gitu? Teman saya bilang, pada tataran negara atau perpolitikan tingkat tinggi, soal sadap menyadap bukan tabu. Lumrah. Tapi ada yang tak biasa. Penyadapan khusus biasanya hanya dilakukan kepada orang-orang istimewa. Terhadap orang yang dianggap luar biasa, brilian, dan berambisi besar menaklukan, setidaknya mengatur, kekuasaan Negara-negara di dunia.

Jika bukan itu, sasaran ekstrim lainnya adalah penjahat kawakan tapi juga brilian yang merupakan ancaman umat manusia. Contohnya adalah Osama Bin Laden yang lama dijadikan incaran intelijen Amerika dan konco-konconya (sebelum dibunuh) karena dianggap musuh dunia. Dunia apa? “Mboh!” Jawab teman saya ketus.

Ini artinya, penyadapan terhadap SBY memiliki nilai besar. Merupakan pengakuan tersirat intelijen Australia dan Amerika bahwa Presiden Indonesia, SBY dan beberapa pejabat bukan orang sembarang. Termasuk orang-orang istimewa, hebat, dan perlu diwaspadai. Mereka nampaknya kuatir atau mengkun takut kalau-kalau SBY dan para pejabat RI itu menguasai dunia. Itulah sebabnya beliau diintai dan disadap.

Dengan pengakuan tersebut, Presiden SBY dan para pejabat Indonesia mestinya bersyukur. Bangsa Indonesia mestinya ikut berbangga. Perlu disambut dengan upacara dan perayaan di seluruh Negeri. Mungkin dibumbui dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan, disemarakkan dengan tari-tarian daerah dan kontemporer, plus joget-joget pake goyang dangdut atau campur sari sebagai ungkapan suka-cita.

Bahwa pertahanan intelijen Indonesia dianggap lembek, mudah dibobol, atau gagal melindungi Presiden RI, tentu saja bisa disoal. Tapi itu jangan sampai menghilangkan kebanggaan atas anggapan bahwa Presiden RI, SBY dan beberapa pejabat adalah orang-orang istimewa, hebat, special. 

Orang Baik-baik

Pertanyaanya, apa benar SBY dan para pejabat yang disadap memang orang-orang hebat, istimewa, brilian, dan punya ambisi meminggirkan Amerika dan konco-konconya dari posisi penguasa dunia?

Terus terang, saya tidak tahu. Yang saya tahu ialah Presiden SBY dan para pejabat RI tidak segarang yang dibayangkan intelijen Australia dan Amerika. SBY dan para pejabat RI adalah orang baik-baik, dalam arti tidak pernah punya ambisi, apalagi nafsu, untuk menguasai negara-negara lain di dunia. Jangan menguasai dunia, menguasai bangsa Indonesia sendiri keteteran.

Kalau begitu, mengapa intelijen itu begitu bernafsu menyadap semua pembicaraan SBY dan para pejabat RI? Teman saya bilang tujuannya lain. Tujuannya politis, tapi yang disadap adalah hal-hal lain di luar wilayah politik. Para intelijen itu, nampaknya belajar banyak hal dari SBY dan para pejabat RI. 
“Apa?” tanya saya. “Banyak!” jawabnya singkat. Tapi sebelum saya bertanya lagi, ia langsung mulai pidato dengan mulut berbuih-buih. Tidak semua saya catat. Saya hanya catat ini. SBY, katanya, memang hebat. Paling lihai mengambil hati rakyat. Dalam berorganisasai juga hebat. Selain sebagai Kepala Negara dan Presiden, beliau bisa menjadi Ketua Pembina, Ketua Penasehat, sekaligus menjadi Ketua Partai.

Dalam menjalankan pemerintahan beliau juga jago. Sangat rajin menyuruh anak buahnya mundur bila tidak serius bekerja. Dalam memberantas korupsi, ia berdiri di barisan paling depan. Dalam membina umat beragama, beliau paling rajin mendengarkan keluhan kelompok penganut agama yang ditindas oleh kelompok agama tertentu. Kebaktian umat Kristen di depan Istana saja dibolehkan. Di bidang ini beliau bahkan mendapat penghargaan World Statesman Award oleh Appeal Of Conscience Foundation (ACF) karena dianggap sebagai negarawan yang berhasil membangun toleransi.

Bidang musik, beliau seorang komponis sekaligus penyanyi. Jika ada kesulitan, beliau tidak memikirkannya sendiri. Beliau paling rajin curhat kepada rakyat. Dan banyak lagi, kata teman saya sambil mengusap keringat. Intelijen Australia dan Amerika, barangkali belajar tentang itu, lanjutnya. Saya pun manggut-manggut makin tidak mengerti. 

Saya hanya bertanya-tanya dalam hati apakah keunggulan SBY itu yang diburu oleh intelijen Australia dan Amerika? ***

Tidak ada komentar: