Pertemuan para Kepala Daerah
Kepulauan Nias dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
di Phoenix Hotel Yogyakarta tanggal 24-25 April 2014 menghasilkan kebulatan
tekad untuk mengembangkan pariwisata menjadi lokomotif pembangunan kepulauan
Nias.
Pertemuan berlabel “Workshop
Asistensi Penguatan Destinasi Nias” itu merupakan upaya Wamen Kemenparekraf,
Dr. Sapta Nirwandar, untuk memfasilitasi terlaksananya lokakarya di Nias, Mei
2014. Tujuannya ialah mencari solusi agar pariwisata Nias naik kelas dari
kawasan strategis pariwisata menjadi destinasi wisata utama nasional di kawan
Barat Indonesia.
Seriusnya workshop ditandai
dengan hadirnya hampir seluruh pejabat teras dari Nias. Tiga Kepala Daerah
hadir (Bupati Nias, Drs. Sokhiatulo Laoli, MM; Bupati Nias Barat, Adrianus
Aroziduhu Gulo, SH., MH; Walikota Gunungsitoli, Drs. Martinus Lase, M.Sp). Dua
lainnya, Drs. Idealisman Dachi, Bupati Nisel dan Drs. Edward Zega, B.Sc., MM
dari Nisut, berhalangan hadir.
Namun, ketidakhadiran dua Bupati
dapat ditutupi dengan kehadiran banyak Kadis. Kadis pariwisata, Peridagkop,
Ka-Bappeda, Sekda. Dari Nias Barat, malahan ada Wabub dan Ketua DPRD. Dari
Nisel, turut hadir Kepala Bagian Pemasaran Wisata. Tak ketinggalan para Ketua
Tim Penggerak PKK dan Ketua Dharma Wanita dari beberapa Kabupaten/Kota. Dari
Kemenparekraf, hadir Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama SDM, Dr. Frans
Teguh, mantan Sekretaris Ditjend Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kemeparekraf, Hengky Hermanto dan beberapa staf ahli.
(dari kiri) Drs. Baziduhu Zebua (Kadispora Nias);
Dr. Fonali
Lahagu; Dr. Frans Teguh
, dan Ir. Henky Hermanto.
|
Lokakarya yang dipersiapkan itu
memang terbilang penting. Merupakan rekomendasi sarasehan masyarakat Nias
Jateng dan DIY yang dilaksanakan di Novotel Hotel Solo, 07/09/2013, yang juga
didukung penuh oleh seluruh Kepala Daerah di kepulauan Nias dan Wamen Sapta
Nirwandar. Ada tujuh butir kesimpulan sarasehan. Saat itu, forum menyebutnya
“Deklarasi Solo”.
Satu hal pokok dalam deklarasi Solo
ialah para Kepala Daerah sepakat bahwa pengembangan pariwisata kepulauan Nias
mustahil berhasil bila dilakukan sendiri-sendiri. Hanya mungkin berhasil
melalui sebuah strategi bersama yang didukung beberapa kementerian terkait
dalam bingkai Rencana Pembangunan Pariwisata Nasional. Untuk itu, dinilai perlu
tindak lanjut dalam bentuk lokakarya untuk terwujudnya strategi bersama sampai
tersusunnya rencana aksi.
Dukungan Pemerintah RI
Apa yang tertuang dalam Deklarasi
Solo, tampak didasari oleh yang hadir. Anggapan kemustahilan pengembangan
pariwisata bila hanya dilakukan oleh Dinas Pariwisata kembali mencuat.
Sekalipun didukung penuh oleh Kemenparekraf, tanpa keterlibatan kementerian
terkait hampir pasti menemui jalan buntu. Sebab pengembangan pariwisata bukan
cuma membangun objek atau hotel baik dan menciptakan kenyamanan wisatawan.
Tetapi juga memperlancar aksesibilitas, penataan wilayah, pembangunan prasana
umum dan prasarana wisata, pemberdayaan masyarakat, dan pembuatan dasar hukum.
Membangun pariwisata, lebih-lebih
sebagai lokomotif pembangunan, adalah membangun dalam jaringan. Kegiatan sektor
wisata harus bersinergi dengan sektor lain dan dilakukan simultan. Ada
tiga pilar utama dalam jaringan tersebut yang harus berkomitmen, yaitu
pemerintah, investor, dan masyarakat.
Pemerintah, dalam hal ini
Kementerian terkait, perlu mengadakan program yang mendukung pengembangan
pariwisata. Misalnya, Kementerian Perhubungan berkomitmen menyegerakan pemanjangan
landasan Udara Binaka yang sudah lama disetuji itu. Kementerian PU membangun
jalan lingkar Pulau Nias, sementara akses ke lokasi wisata dibangun oleh
daerah. Pemerintah Daerah memprogramkan berbagai upaya pemberdayaan dan
peningkatan kapasitas masyarakat. Upaya-upaya ini tentu saja bisa
berjalan bila didukung oleh investor dan masyarakat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Oleh sebab itu, pada lokakarya tersebut mereka perlu hadir.
Namun, kehadiran seluruh stake
holders bukanlah jaminan. Para Kepala Daerah paham bahwa pariwisata Nias
ternyata belum dijadikan destinasi pariwisata utama Nasional sebagaimana halnya
Danau Toba di Sumatera. Keadaan ini berdampak pada ketiadaan anggaran
Pemerintah RI bagi pengembangan pariwisata di kepulauan Nias.
Ketiadaan anggaran makin
disempurnakan oleh belum tumbuhnya sikap positif anggota masyarakat terhadap
pengembangan pariwisata. Ada semacam anggapan bahwa usaha-usaha wisata bukan
milik masyarakat. Rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan tampaknya
membuat mereka gagal memetik manfaat pada usaha-usaha wisata bagi kepentingan
ekonomi keluarga..
Bertolak dari kenyataan itu, workshop
sepakat bahwa lokakarya Mei 2014 kelak perlu menghasilkan tiga hal pokok.
Pertama, adanya MoU antara Wamen Kemenparekraf dan para Bupati/Walikota tentang
pengembangan pariwisata kepulauan Nias yang dilengkapi oleh rencana aksi
sebagai lampiran MoU. Pada tahap berikutnya, MoU serupa diharapkan akan
dilakukan antara Kementerian yang lain dan para Bupati/Walikota kepulauan Nias.
Kedua, implentasi dari MoU tersebut
disepakati pula adanya MoU antara Pemda kepulauan Nias, para Bupati/Walikota,
ketua DPRD, dan Gubernur Sumatera Utara. MoU ini dilampiri rencana aksi bersama
dan masing-masing Kabupaten/Kota yang dipayungi Perda Provinsi dan Perda di
masing-masing Kabupaten/Kota.
Ketiga, pengembangan pariwisata
kepulauan Nias harus berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Fokus rencana
aksi adalah pengembangan pariwisata yang berbarengan dengan pengembangan
kapasitas masyarakat. Di antaranya, gerakan sadar wisata, pelestarian
lingkungan alam dan budaya, peningkatan keterampilan dan kerajinan tangan yang
bermuara pada perbaikan ekonomi keluarga.
Jika hal itu dapat dicapai diyakini
bahwa gagasan menjadikan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan kepulauan
Nias bisa terwujud. Persoalannya, apakah Pemerintah Pusat melalui
Kementerian terkait memiliki komitmen yang sama dengan para pimpinan daerah dan
Wamen Kemenparekraf? ***
___________
Yosafati Gulo, anggota tim perumus
Sarasehan Solo dan rencana Pengadaan Lokakarya Pengembangan Pariwisata
Kepulauan Nias.
Catatan: tulisan di atas ditayangkan pada Satu Harapan.com, edisi 29 April 2014. Linknya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar